Frista Mengakui Mau Menjumpai Suaminya

Frista Mengakui Mau Menjumpai Suaminya – Seseorang wanita cantik dari Afghanistan, Frista Haedari, nekat menyelusup ke Manado dengan membawa anaknya yg masihlah berumur 4, 5 th.. Frista mengakui mau menjumpai suaminya, Muhammad Yasin Haedari.

Frista yg cuma dapat berbahasa Pustun Afghanistan ini memanggil suaminya berada pada Tempat tinggal Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado. Akan tetapi, sehabis dicek, Frista tdk miliki dokumen keimigrasian.

” Wanita ini mengakui menjadi pencari suaka serta mau jadi pengungsi ikuti suaminya, bernama Muhammad Yasin Haedari, yg udah dua th. tinggal di Rudenim Manado, ” kata Kepala Subseksi Penindakan Keimigrasian Kanim Manado Hendrik Rompis lewat Kadiv Humas Keimigrasian Dodi Kardina, Senin (26/3/2018) .

Pustun menjadi etnis yg populasinya ada di daerah timur serta selatan Afganistan.

Menurut kabar yg disatukan, Frista pergi dari Afghanistan pada awal Maret waktu lalu. Saat sebelum tiba di Manado, wanita ini pernah melewati India serta Kuala Lumpur, Malaysia. Sesudah itu, dia pernah datang di Jakarta.

” Di Jakarta, ia tinggal 7 hari, ” kata Dodi. Frista ada di Jakarta sepanjang 1 minggu. Lantas dia pergi ke Manado. Terhadap petugas, Frista mengakui pengin bersua suaminya utk saling mencari suaka.

Penyelidikan petugas imigrasi, Frista didapati sempat tinggal di Rudenim Makassar dua th. waktu lalu.

Imigrasi Indonesia lantas tdk sangat saja percaya dengan info Frista, termasuk juga keluarkan dokumen keimigrasian utk Frista. Sebab, dapat saja pihak Afghanistan membantahnya. Waktu ini Frista serta anaknya dititipkan di Jesuit Refugess Services (JRS) .

” Belum pula semestinya Kedutaan Afghanistan menyadari mereka menjadi warga negaranya, ” ucap Dodi.

Hal mirip juga diungkapkan Kabag Humas Dirjen Imigrasi, Agung Sampurno. Imigrasi sangsi dengan narasi yg dituturkan Frista.

” Apabila mengakui pengungsi, kok punyai duit bikin beli tiket pesawat? Duit dari lokasi mana? Memangnya penerbangan begitu gak gunakan paspor? Ini kok ngakunya tak punyai paspor, ” kata Agung Sampurno kala melakukan perbincangan dengan detikcom, Senin (26/3) .

Persoalan sesuai sama ini bukan hanya yg saat kali pertama diakukan imigrasi. Agung menjelaskan ada 5 motif pencari suaka. Motif pertama murni pengungsian, motif ke dua menyangkut bab ekonomi.

” Dia sesungguhnya orang bisa, kaya. Tetapi hartanya dititipkan ke negara khusus. Selanjutnya dia memanfaatkan modus ini (mengakui pengungsi) , ” ucap Agung.

Sehabis status pengungsi atau kewarganegaraan ke tiga didapat, ia bakal menuju ke negara yg hartanya dititipkan serta mengurusnya. Motif ke tiga, dapat saja mereka miliki motif politik/hukum. Di negara aslinya, mereka buronan politik serta mengungsi utk menyelamatkan diri.

” Motif kempat yakni kejahatan, ” cetus Agung.

Agung menyampaikan orang yg mengakui pengungsi sejatinya merupakan kejahatan di negara aslinya. Utk melenyapkan jejak, ia menyaru jadi pengungsi.

” Bagaimana kalau ia nyata-nyatanya penyelundup? Penjahat? Peracik bahan kimia/bom? Mereka tak punyai data kependudukan, ” kata Agung.

Motif serta modus paling akhir yakni penggabungan dari bermacam motif diatas. Awalannya yg pura-pura mengungsi merupakan kepala keluarga. Sehabis sukses beroleh kartu pengungsi, menyusul wanita serta anak yg mengaku-aku menjadi istri serta anaknya.

” Di Indonesia ada 13 ribu orang, ” jelas Agung.

Pernyataan Fresti tak terlampau mencengangkan. Sebab, di Malaysia sekarang ada 100 ribu serta Thailand 90 ribu orang Fresti beda. Ke dua negara itu jadi negara transit, sembari tunggu kesempatan masuk negara khusus. Oleh maka itu, Imigrasi Indonesia sangatlah hati-hati atas isu-isu serta pernyataan itu.

Sebab, permasalahan pengungsi berada pada bawah tubuh PBB UNHCR. Tetapi faktanya, banyak ‘pengungsi’ yg dititipkan di Tempat tinggal Dinas Detensi (Rumdenim) tdk jadi perhatian UNHCR. Imigrasi atas basic kemanusiaan berikan pemberian ala kadarnya ke banyak ‘pengungsi’ itu.

Utk sesaat, Frista ini siang dapat bersua dengan M Yasin di Rumdenim Manado. M Yasin disadari Frista menjadi suaminya.